Saturday, September 19, 2015

Menengok Masjid di Beijing, Lambang Persahabatan Tiongkok-Negara Islam

Menengok Masjid di Beijing, Lambang Persahabatan Tiongkok-Negara Islam

 Suara adzan berkumandang saat waktu salat tiba. Umat muslim di Beijing pun segera bersiap-siap mengambil wudhu untuk melaksanakan ibadah di masjid terbesar kota ini.

Masjid tersebut terletak di Niu Jie Street, sebuah kawasan muslim di tengah kota Beijing. Arsitek masjid ini mirip bangunan-bangunan Tiongkok pada umumnya, tetapi ada nuansa-nuansa Arab dan Persia pada bagian dalam.

Terlihat dari tulisan kaligrafi di papan-papan di atas pintu masuk. Ada yang bertuliskan 'Assalamualaikum' dan 'Bismillahirrohmanirahim' terpampang di bangunan masjid.
Terlihat tulisan kaligrafi di papan-papan di atas pintu masuk (Ayunda/detikcom)
Sementara itu bentuk atap sampai ke tiang-tiang bangunan tetap mempertahankan budaya khas Tiongkok. Terlebih lagi temboknya berwarna merah lengkap dengan cat warna biru, hijau dan emas di bagian atas.

detikcom berkesempatan melihat-lihat komplek Masjid Niu Jie bersama rombongan MPR pada Jumat (18/9/2015) siang. Sesama muslim yang memasuki komplek tersebut saling menyapa satu sama lainnya dengan salam penuh keramahan.

"Assalamualaikum," sapa perempuan cantik asli Tiongkok bernama Aisyah saat berjumpa di komplek masjid.
Potret keramahan warga muslim di Beijing (Ayunda/detikcom)
Gadis muda ini mengajak detikcom berkeliling komplek masjid yang kerap didatangi kaum muslim di Beijing. Menurut Aisyah, ada lebih dari 72 ribu muslim di kota ini yang terdiri dari orang Tiongkok asli, Indonesia, Arab dan lainnya.

Ada belasan masjid dalam komplek tersebut yang terdiri dari 6 masjid untuk salat dan selebihnya untuk kantor, tempat berkumpul dan lain sebagainya. Masjid ini dibangun pada tahun 996 pada masa Dinasti Liao, sehingga bangunannya masih bernuansa Tiongkok. Meski ada patung-patung berkepala naga di bagian atap masjid, namun seluruh mata hewan tersebut tertutup.

Menurut Aisyah, hal ini diartikan sebagai penghormatan terhadap umat beragama di tempat suci yang hendak melaksanakan ibadahnya. "Itu bedanya dengan bangunan-bangunan lain yang mata patung terbuka," jelas dia dengan bahasa Inggris terbata-bata.

Luas tanah komplek masjid ini adalah 3.000 meter persegi. Bangunan masjid utama bernama The Cave Hall atau Mihrab yang dibangin pada zaman dinasti Liao dan diperluas saat zaman dinasti Ming serta Qing. Bangunan tersebut memiliki luas 760 meter persegi dan panjang 39 meter.

Imam di masjid ini juga merupakan orang Tiongkok asli. Setiap bacaan surat salat juga sangat lancar.
Masyarakat muslim hendak salat di masjid ini (Ayunda/detikcom)
Masjid ini buka setiap hari dari jam 05.00 dan tutup jam 20.00 waktu setempat. Aisyah mengatakan pada saat Hari Raya Idul Adha nanti, muslim di Tiongkok tetap menyembelih hewan qurban seperti kambing dan sapi.

Hewan-hewan itu disembelih setelah mereka salat Id di masjid utama. Sedangkan tempat penyembelihannya di area lapangan belakang masjid utama.

"Kami di sini selalu bagi-bagi daging setelah pemotongan hewan," kata Aisyah.

Keluarga Aisyah tinggal di apartemen sekitaran masjid yang juga banyak dihuni muslim Tiongkok. Di dekat komplek masjid juga terdapat restoran khusus menjual makanan halal bernama Tu Lu Fan.

Di restoran itu makanan yang disajikan semuanya halal. Sehingga, umat muslim tidak perlu khawatir.

"Ini daerah muslim, jadi kami yang muslim berbelanja makanan dijamin halal. Tidak ada kekhawatiran," sambungnya.

Agama Islam bukan menjadi agama terbesar di Tiongkok, mayoritas dari mereka beragama Budha. Akan tetapi, kehidupan beragama di sini terasa sekali sangat harmonis.

Sekadar informasi, Masjid Niu Jie telah mengalami renovasi dan perluasan beberapa kali. Masjid terbesar di Beijing ini juga menjadi titik awal masuknya Islam di daratan Tiongkok. Pada tahun 1215  masjid ini dihancurkan oleh tentara Mongol, kemudian dibangun kembali pada 1443 periode Dinasti Ming dan secara signifikan diperluas pada 1696 pada zaman Dinasti Qing. Masjid ini telah mengalami tiga renovasi sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada tahun 1949, yakni tahun 1955, 1979 dan 1996. 

No comments:

Post a Comment