PT Pertamina (Persero) menuding adanya pihak yang tidak ingin Indonesia memiliki kemandirian energi. Salah satu caranya dengan menghambat pembangunan kilang minyak yang sudah 22 tahun tidak dibangun.
Sekretaris Perusahaan Pertamina, Wisnuuntoro mengatakan sejak tahun 2000, banyak investor yang ingin membantu Indonesia untuk membangun kilang minyak. Namun, ada pihak pemerintahan yang tidak ingin kilang Indonesia maju.
"Begitu kuatnya satu pihak yang memproteksi sehingga jangan sampai kilang Indonesia itu maju," ujar dia dalam diskusi Energi Kita yang digagas merdeka.com, RRI, Sewatama, IJTI, IKN dan IJO di Gedung Dewan Pers, Jakarta, Minggu (20/9).
Namun, dia enggan menyebutkan pihak mana yang mencoba menghalangi pembangunan kilang di Indonesia. Yang pasti, kata dia, pemerintahan sebelum Presiden Jokowi.
"Ya terbukti tapi pemerintah yang dulu-dulu, saya tidak sebutkanlah. Dan baru pemerintahan sekarang ini kita mungkin nanti satu atau dua bulan ini kita resmikan yang di Cilacap. Intinya kita berbenah untuk bangun kilang," kata dia.
Wisnu menambahkan saat ini kilang minyak milik Pertamina tidak bisa menutupi kebutuhan setiap harinya. Kebutuhan BBM per hari dapat mencapai 1,6 juta barel, sedangkan produksi kilang Pertamina hanya mencapai 1,05 juta barel per hari. Dengan begitu, pemerintah harus mengimpor minyak untuk menutupi kebutuhan tersebut.
"Jadi itu kita impor produk dan impor crude. Artinya kita gak usah jual ke mana-mana, mikirin kebutuhan sendiri saja perlu impor dengan kebutuhan 1,6 kilang. Dari dulu itu selalu tidak berhasil. Tanda tanya besar. Alhamdulillah mudah-mudahan sekarang ini berkembang terus, pemerintahan pertama ini kita sudah punya kilang yang fight, paling enggak kita bisa bikin 1,6 juta barel per hari. Jadi tidak dimainkan dengan Singapura lagi. Kita lebih mandiri lah," pungkas dia.
No comments:
Post a Comment