Akibat penutupan portal di RW 09 dan RW 11 Komplek Permata Buana, Kembangan, Jakarta Barat, siswa SMP Springfield harus berjalan sekitar 400 meter menuju sekolah. Berikut penjelasan warga RW 09 perihal penutupan portal itu.
Menurut Ketua RW 09, Kurniawan Tejo persoalan penutupan portal dikarenakan perjanjian yang terjadi soal akses jalan hanya antara Springfield dan RW 11 yang waktu itu masih dipegang pengembang. Saat itu, mereka harusnya masuk dari Jalan Bira Raya melewati Jalan Melintang yang berada di RW 11 lalu tembus di Jalan Tidung di mana sekolah berada.
"Namun, ketika pada tanggal 1 Agustus 2015 terjadi penyerahan wewenang dari pengembang ke pengurus RW 11. Karena sudah ada perpindahan wewenang, pada tanggal 3 Agustus pada saat sekolah masuk, warga RW 11 menutup jalan dan membuat orangtua murid menggunakan jalan RW 09," jelas Kurniawan saat berbincang di Kantor Sekretariat RW 09 Komplek Perumahan Permata Buana, Jumat (28/8/2015).
Padahal sebelumnya, tidak ada perjanjian yang dilakukan pihak sekolah Springfield dengan RW 09 terkait jalan. Hal tersebut membuat pihak RW 09 kecewa dan akhirnya tidak mengizinkan kendaraan orangtua murid masuk.
"Kita hanya mau ada kesetaraan. Pasalnya, ada tiga sekolah Springfield di komplek tersebut dan semuanya berada di RW 09. Masa semuanya dibebani ke kita. Kita sudah disurvei dan memang tidak layak untuk menjadi jalan keluar masuk kendaraan menuju sekolah," terang Kurniawan.
"Dikarenakan di RW 09 ini ada 3.000 KK yang terbagi dalam 18 RT yang kalau dikalkulasi setiap KK memiliki 2 mobil maka ada 6.000 mobil setiap harinya lewat. Bayangkan akan bagaimana lalu-lintas di wilayah kami," tambah Kurniawan.
Kurniawan mengungkapkan, dari pembangunan sekolah Springfield pertama di Jalan P Subaru pada tahun 2002an pihak sekolah juga tidak pernah bersosialisasi dengan warga. Lalu tidak lama di tahun 2010 dibangun lagi di wilayah kami di Jalan Selayar.
"Semua sudah kita lakukan untuk membicarakan hal ini namun pihak dari Springfield hanya diwakilkan dengan orang yang tidak bisa mengambil keputusan. Jadinya tidak menemui jalan keluar. Kita hanya ingin, kita diberi kesetaraan janganlah semua dibebani ke kita," tegas Kurniawan.
"Kita juga sudah membiarkan portal kita dibongkar pihak Pemkot, kita tidak melawan namun, kenapa semuanya jadi dibebani ke kita," tambanya.
Kurniawan menambahkan, bahwa pihaknya tidak mau dinilai arogan karena membiarkan anak sekolah jalan kaki. Namun, sebagai warga kita hanya tuntut keadilan dan kedisplinan para orangtua.
"Kita bukannya tutup total, kita pernah beri waktu seminggu namun pihak sekolah tidak ada itikad baik jadinya kita tutup lagi. Ditambah orangtua murid tidak menaati peraturan dengan parkir sembarang, mengebut dan membuat macet. Jadi kenapa harus kami yang dikorbankan. Padahal kita ingin Springfield bersinergi," ujar Kurniawan yang sudah dua periode menjadi ketua RW.
Di lain pihak Hartanto warga RW 09 mengungkapkan warga merasa terganggu dikarenakan untuk keluar rumah saja menjadi susah karena macet. Dirinya berharap pemerintah cepat menyelesaikan persoalan ini.
"Kesalnya ketika mau keluar rumah sudah macet. Ditambah mereka tidak minta izin lingkungan setempat. Karena kalau jumlah muridnya 239 murid bisa ratusan mobil keluar masuk. Kan kasian Opa dan Oma menjadi tidak nyaman," tutup Hartanto.
Pantuan di lokasi, portal pintu masuk RW 11 yang berada di Jalan Kembangan Utama selalu tertutup dan tidak membolehkan orangtua murid masuk. Sedangkan portal di RW 09 dibuka untuk warga dan terlihat anak-anak harus berjalan sekitar 400 meter dari sekolah menuju kendaraannya yang terpakir di pinggir jalan depan portal RW 09.
Banyaknya mobil yang teparkir membuat, kemacetan memang tidak bisa dihindari. Alhasil para warga RW 09 harus bersabar untuk memasuki kawasan rumahnya.
Sampai berita ini diberitakan, pihak sekolah Springfield tidak bisa ditemui untuk diminta keterangan. Saat detikcom mengunjungi sekolah, pihak yang berwenang tidak berada di sekolah.
No comments:
Post a Comment