Puluhan warga yang tinggal di Mampang, Jakarta Selatan datang ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Mereka berencana membongkar lima makam karena protes rumahnya hendak digusur.
Mereka datang sekitar pukul 15.00 WIB, Sabtu (19/12/2015). Jumlahnya mencapai puluhan. Di antara mereka ada yang membawa pacul, linggis dan keranda.
"Mohon jangan masuk, mohon jangan masuk," kata salah satu prajurit itu.
Warga masuk sambil berteriak, "Pacul! ini bapak kami!". Mereka merangsek maju. Anak-anak kecil menangis.
Sambil terus berjalan, mereka terus berteriak, "Lailah haillallah, TNI tidak beradab! Tidak ada kemanusiaan".
Seorang patroli Garnisun, Mayor Dasril Zanuar mencoba memberi pengertian bahwa tidak bisa seenaknya membongkar makam para pahlawan. Namun warga tetap bertahan.
Aksi ini dipicu oleh rencana eksekusi tanah dan rumah yang selama ini mereka tempati. Mereka mendapat informasi, subuh nanti, rumah mereka warga Zeni Mampang akan segera digusur.
Seorang ahli waris mulai coba membongkar sebuah makam di Taman Makam Pahlawan Kalibata menyusul rencana penggusuran Perumahan Zeni TNI Mampang oleh Kodam Jaya. Warga tersebut coba membongkar makam dengan tangan kosong.
Ia adalah Tri Lestari, yang sambil terisak coba membongkar makam ayahnya, Letda (purn) Dardji. Sekitar 20 menit ia mencoba, perempuan berkerudung hitam itu justru jatuh pingsan.
"Buat apa Ayah di sini, ayuk kita pulang," kata Tri sambil memukul-mukul nisan sang ayah sesaat sebelum ia mulai membongkar makam.
Berdasarkan pantauan di lokasi pukul 17.20 WIB, Sabtu (19/12/2015), Tri tampak dipeluk sang suami dan berusaha disadarkan. Sementara itu puluhan warga lain masih berada di lokasi untuk melakukan protes.
Mereka berencana membongkar lima makam. Mereka datang sekitar pukul 15.00 WIB. Di antara mereka ada yang membawa pacul, linggis dan keranda.
Aksi ini dipicu oleh rencana eksekusi tanah dan rumah yang selama ini mereka tempati. Mereka mendapat informasi, subuh nanti, rumah mereka warga Zeni Mampang akan segera digusur.
No comments:
Post a Comment