Abdul Azis atau akrab disapa Daeng Azis, orang ditokohkan di Kalijodo, terlihat bingung di halaman Gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Senin (15/2/2016).
Tangan kirinya di pinggang sementara tangan kanannya memegang ponsel flip phone keluaran lama ke arah telinga. Pandangan Azis menerawang lurus ke depan, fokus berbicara dengan orang yang ditelponnya.
"Haji Lulung ada enggak?" ujar Azis.
Siang itu, Azis tiba di DPRD DKI bersama warga Kalijodo lainnya. Mereka berniat untuk mengadu kepada wakil rakyat karena tidak setuju dengan rencana penertiban daerah Kalijodo oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sebelum ke DPRD DKI, Azis dan teman-temannya sudah lebih dulu mengadu ke Komnas HAM.
Azis
tampak kebingungan dengan situasi di DPRD DKI. Sebab, dia tidak bertemu
dengan wakil rakyat yang dia inginkan. Dari 106 anggota Dewan, hanya
Lulung yang dicari Azis.
Sepertinya, orang di ujung telpon
mengatakan bahwa Wakil Ketua DPRD DKI Abraham "Lulung" Lunggana tidak
ada di ruangannya. Sebab Azis akhirnya memutuskan untuk pergi dari
gedung itu dengan kecewa.
Kemana Lulung?
Ketika
dikonfirmasi, Lulung mengaku bahwa dia pernah ditelepon oleh anak buah
Azis yang meminta utuk bertemu. Ketika itu, Lulung mengatakan Azis bisa
bersurat kepada Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi. Kemudian, Prasetio
yang akan mendisposisikan pengajuan itu.
Ternyata, Azis datang ke DPRD DKI siang kemarin.
Lulung
mengaku sempat menunggu Azis sambil menerima tamu lainnya. Namun, dia
pergi sekitar pukul 12.00 WIB karena ingin mengikuti rapat partai.
"Dia mau reschedule tetapi saya sarankan lagi supaya buat surat resmi ke Ketua DPRD. Misalnya mau ketemu fraksi mana, apa fraksi PDI-P, Gerindra, Golkar, PPP, silahkan saja. Nanti Ketua Dewan pasti disposisi. Saya arahin begitu," ujar Lulung.
Lulung
mengatakan wajar saja jika Daeng Azis datang dan mencarinya. Bagi
Lulung, laporan Azis sama dengan laporan warga lainnya yang datang
mengadu kepada anggota DPRD.
Secara pribadi, Lulung sendiri mengaku tidak pernah memiliki hubungan dengan Azis.
"Pak
Azis sebagai warga Jakarta silahkan saja ke DPRD buat ketemu saya.
Laporannya sama saja kan seperti dia lapor ke Komnas HAM. Tapi hubungan
berkawan antara dia dan saya itu enggak ada. Saya juga belum pernah
bertemu dia," ujar Lulung.
Beberapa waktu lalu, Lulung pernah mengatakan siap turun tangan untuk sosialisasi dengan warga Kalijodo. Apakah karena itu Daeng Azis akhirnya memilih untuk mengadu kepada Lulung?
"Mungkin Pak Azis berharap bisa berkomunikasi dengan lebih baik saja ya," ujar Lulung.
Siapa Daeng Azis?
Sosok tokoh masyarakat di kawasan Kalijodo itu sekilas tercantum dalam buku Geger Kalijodo tulisan Krishna Murti yang kini menjabat sebagai direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya berpangkat komisaris besar (Baca: Krishna Murti Pernah Ditodong Pistol oleh Preman Kalijodo).
Tahun 2002 ketika Krishna masih menjadi Kapolsek Metro Penjaringan,
Jakarta Utara, pernah bersinggungan dengan Azis saat terjadi tindak
kekerasan di Kalijodo.
Dalam bukunya Krishna menulis bahwa dalam
suatu kesempatan ia pernah hendak ditembak oleh sesorang ketika tengah
berusaha meredakan ketegangan di kawasan itu.
Dalam sebuah wawasancara dengan Kompas TV hari Jumat (12/2/2016), Azis mengaku bahwa dirinya memang pernah menodongkan pistol pada Krisha.
"Itu
benar, bahwa saya menodongkan pistol. Tapi persoalannya, saya belum
tahu itu Pak Krishna adalah Kapolsek Penjaringan," kata Azis dalam
wawancara itu.
"Dia (Krishna) belum kita kenal, tidak pakai seragam polisi," kata Aziz memberikan alasannya (Baca: Pengakuan Daeng Azis Saat Todongkan Pistol ke Krishna Murti di Kalijodo).
No comments:
Post a Comment