Jakarta -Indonesia harus mengurangi ketergantungan impor. Mulai dari bahan pangan hingga produk sandang seperti sepatu dan tas banyak diimpor. Sehingga industri dalam negeri tidak berkembang.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, impor pangan Indonesia sangat besar. Dia memaparkan, di 2014 lalu, jumlah impor gandum mencapai 7,4 juta ton, gula 3,2 juta ton, dan jagung 3,3 juta ton.
"Kalau semua produk-produk seperti ini, gula, kedelai, jagung, garam semua impor. Bahkan buah-buahan dan beras, inilah yang menyebabkan keguncangan neraca perdagangan, dan karena ketergantungan ini membeli barang impor harus memakai dolar. Ini salah satu yang menyebabkan dolar seperti sekarang, meski faktor terbesar adalah eksternal," papar Jokowi.
Pernyataan ini disampaikan Jokowi, di acara Rakernas Partai Nasdem, di Jakarta Convention Center, Senayan, Senin (21/9/2015).
Jokowi mengatakan, kepala daerah memiliki tugas memproduksi bahan-bahan pangan sehingga Indonesia bisa mengurangi impor bahan pangan.
Tak hanya pangan, impor sandang, mulai dari sepatu sampai tas juga banyak dipenuhi dari barang impor. Bahkan jam tangan impor juga banyak diimpor ke dalam negeri.
"Kita ini masih senang dengan yang namanya produk impor. Sepatu kalau tidak impor tidak senang, tas ibu-ibu kalau tidak impor malu memamerkan. Jam kalau tidak impor, impor pun yang mahal. Tidak usah nengok tanganlah. Sekarang tidak apa-apa, tapi besok jangan. Ini yang mengkondisikan produk-produk kita," tuturnya kepada para peserta.
Jokowi menyatakan, Indonesia dengan 250 juta penduduk, harusnya bisa memanfaatkan hasil industri dalam negeri sebagai pasar yang besar. Tidak perlu impor dan masyarakat mencintai produk-produk buatan bangsa sendiri.
-Sebanyak 2/3 wilayah Indonesia terdiri dari air atau lautan. Indonesia memiliki 17.000 lebih pulau dan kekayaan alam di lautan yang tak terhingga nilainya. Banyak kepala negara lain yang bertanya bagaimana cara mengurus Indonesia yang banyak pulau.
"Kalau saya bercerita kepada kepala negara lain, Indonesia ada 17.000 pulau lebih. Mereka bertanya-tanya bagaimana mengelolanya. Oleh sebab itu, perlu dijelaskan secara detil kepada mereka. Karena sulit membayangkan negara dengan 17.000 pulau, manajemen negara ini seperti apa, sistem tata kenegaraan kita seperti apa. Tapi kalau kita jelaskan mereka mengangguk-angguk, nggak tahu mengerti atau tidak," tutur Jokowi disambut tawa peserta Rakernas Partai Nasdem, di Jakarta Convention Center, Senayan, Senin (21/9/2015).
Jokowi dengan gayanya menggunakan slide-slide presentasi mengungkapkan, di lautan Indonesia yang luas, data menunjukan ada Rp 300 triliun potensi penerimaan negara yang hilang karena pencurian ikan aliasillegal fishing.
Namun saat dia mulai memerintah, aksi illegal fishing diberantas. Apalagi, ujar Jokowi, dia memiliki menteri yang nekat, yaitu Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan.
"Sudah lebih dari 100 kapal yang kita tenggelamkan. Ini untuk memberi peringatan bahwa yang ada di perairan kita adalah sumber daya alam laut milik bangsa kita. Oleh sebab itu harus dipertahankan, itulah nanti tugas kepala daerah, bukan hanya pemerintah pusat," jelas Jokowi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini memang tengah melambat. Namun jangan ada yang mengatakan ekonomi saat ini sedang krisis atau resesi.
Hal ini disampaikan oleh Jokowi saat berpidato dalam acara Rakernas Partai Nasdem, di Jakarta Convention Center, Senayan, Senin (21/9/2015).
"Harus kita katakan apa adanya, kita sedang mengalami perlambatan ekonomi, Hati-hati jangan pakai kata krisis. Perlambatan ekonomi iya, dari 5,01% di 2014 menjadi 4,7% (semester I-2015)," ujar Jokowi.
Dia mengatakan, meski ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7%, namun posisi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah nomor 5 besar di dunia.
"Oleh sebab itu, jangan sampai kita sebagai bangsa yang besar mengeluh. Mencemooh diri kita sendiri. Kehilangan rasa optimisme, yang muncul pesimisme, jangan sampai itu ada. Itu yang kita namakan, pola berpikir harus diubah menjadi optimis apapun keadaannya. Melambat iya, terjadi penurunan iya, tapi bukan krisis, sangat berbeda sekali," papar Jokowi.
Pada kesempatan itu, Jokowi menyatakan, Indonesia telah melewatkan 3 kali kesempatan untuk memperbaiki fondasi ekonomi sehingga menjadi kuat. Pertama, saat terjadi booming minyak di 1970-an. Lalu saat booming kayu di 1980-an, serta saat booming mineral dan batu bara (minerba) di awal tahun 2000 hingga saat ini.
Untuk minerba, Jokowi mengatakan, Indonesia masih punya kesempatan untuk memperbaikinya. Karena cadangan minerba masih dimiliki Indonesia sampai saat ini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, impor pangan Indonesia sangat besar. Dia memaparkan, di 2014 lalu, jumlah impor gandum mencapai 7,4 juta ton, gula 3,2 juta ton, dan jagung 3,3 juta ton.
"Kalau semua produk-produk seperti ini, gula, kedelai, jagung, garam semua impor. Bahkan buah-buahan dan beras, inilah yang menyebabkan keguncangan neraca perdagangan, dan karena ketergantungan ini membeli barang impor harus memakai dolar. Ini salah satu yang menyebabkan dolar seperti sekarang, meski faktor terbesar adalah eksternal," papar Jokowi.
Pernyataan ini disampaikan Jokowi, di acara Rakernas Partai Nasdem, di Jakarta Convention Center, Senayan, Senin (21/9/2015).
Jokowi mengatakan, kepala daerah memiliki tugas memproduksi bahan-bahan pangan sehingga Indonesia bisa mengurangi impor bahan pangan.
Tak hanya pangan, impor sandang, mulai dari sepatu sampai tas juga banyak dipenuhi dari barang impor. Bahkan jam tangan impor juga banyak diimpor ke dalam negeri.
"Kita ini masih senang dengan yang namanya produk impor. Sepatu kalau tidak impor tidak senang, tas ibu-ibu kalau tidak impor malu memamerkan. Jam kalau tidak impor, impor pun yang mahal. Tidak usah nengok tanganlah. Sekarang tidak apa-apa, tapi besok jangan. Ini yang mengkondisikan produk-produk kita," tuturnya kepada para peserta.
Jokowi menyatakan, Indonesia dengan 250 juta penduduk, harusnya bisa memanfaatkan hasil industri dalam negeri sebagai pasar yang besar. Tidak perlu impor dan masyarakat mencintai produk-produk buatan bangsa sendiri.
-Sebanyak 2/3 wilayah Indonesia terdiri dari air atau lautan. Indonesia memiliki 17.000 lebih pulau dan kekayaan alam di lautan yang tak terhingga nilainya. Banyak kepala negara lain yang bertanya bagaimana cara mengurus Indonesia yang banyak pulau.
"Kalau saya bercerita kepada kepala negara lain, Indonesia ada 17.000 pulau lebih. Mereka bertanya-tanya bagaimana mengelolanya. Oleh sebab itu, perlu dijelaskan secara detil kepada mereka. Karena sulit membayangkan negara dengan 17.000 pulau, manajemen negara ini seperti apa, sistem tata kenegaraan kita seperti apa. Tapi kalau kita jelaskan mereka mengangguk-angguk, nggak tahu mengerti atau tidak," tutur Jokowi disambut tawa peserta Rakernas Partai Nasdem, di Jakarta Convention Center, Senayan, Senin (21/9/2015).
Jokowi dengan gayanya menggunakan slide-slide presentasi mengungkapkan, di lautan Indonesia yang luas, data menunjukan ada Rp 300 triliun potensi penerimaan negara yang hilang karena pencurian ikan aliasillegal fishing.
Namun saat dia mulai memerintah, aksi illegal fishing diberantas. Apalagi, ujar Jokowi, dia memiliki menteri yang nekat, yaitu Susi Pudjiastuti selaku Menteri Kelautan dan Perikanan.
"Sudah lebih dari 100 kapal yang kita tenggelamkan. Ini untuk memberi peringatan bahwa yang ada di perairan kita adalah sumber daya alam laut milik bangsa kita. Oleh sebab itu harus dipertahankan, itulah nanti tugas kepala daerah, bukan hanya pemerintah pusat," jelas Jokowi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini memang tengah melambat. Namun jangan ada yang mengatakan ekonomi saat ini sedang krisis atau resesi.
Hal ini disampaikan oleh Jokowi saat berpidato dalam acara Rakernas Partai Nasdem, di Jakarta Convention Center, Senayan, Senin (21/9/2015).
"Harus kita katakan apa adanya, kita sedang mengalami perlambatan ekonomi, Hati-hati jangan pakai kata krisis. Perlambatan ekonomi iya, dari 5,01% di 2014 menjadi 4,7% (semester I-2015)," ujar Jokowi.
Dia mengatakan, meski ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7%, namun posisi pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah nomor 5 besar di dunia.
"Oleh sebab itu, jangan sampai kita sebagai bangsa yang besar mengeluh. Mencemooh diri kita sendiri. Kehilangan rasa optimisme, yang muncul pesimisme, jangan sampai itu ada. Itu yang kita namakan, pola berpikir harus diubah menjadi optimis apapun keadaannya. Melambat iya, terjadi penurunan iya, tapi bukan krisis, sangat berbeda sekali," papar Jokowi.
Pada kesempatan itu, Jokowi menyatakan, Indonesia telah melewatkan 3 kali kesempatan untuk memperbaiki fondasi ekonomi sehingga menjadi kuat. Pertama, saat terjadi booming minyak di 1970-an. Lalu saat booming kayu di 1980-an, serta saat booming mineral dan batu bara (minerba) di awal tahun 2000 hingga saat ini.
Untuk minerba, Jokowi mengatakan, Indonesia masih punya kesempatan untuk memperbaikinya. Karena cadangan minerba masih dimiliki Indonesia sampai saat ini.
No comments:
Post a Comment