Bisnis di kawasan Kalijodo, Jakarta, memang menggiurkan. Bisnis apa pun, dalam waktu tak sampai setahun, akan merengguk keuntungan yang cukup besar.
Selama tiga tahun terakhir, tempat hiburan malam di Kalijodo disebut tumbuh pesat. Beberapa pemilik diskotek, kafe, ruang karaoke, dan rumah bordil mengakui hal itu.
Salah
seorang pemilik ruang karaoke dan diskotek di sana menjelaskan, hanya
dalam lima bulan, investasi senilai Rp 1,2 miliar untuk membangun gedung
tiga lantai berikut belasan kamar ber-AC bisa kembali.
"Kalau
dibangun di atas tanah milik warga, saya bagi hasil dengan mereka. Titik
impas investasi baru kembali dalam setahun," kata si pemilik yang tak
menyebutkan namanya, seperti dikutip dari harian Kompas, Selasa (16/2/2016).
Bukan
hanya itu, bisnis bir di kawasan ini juga bisa membuat mulut menganga.
Seorang pemasok bir, Sugeng (43), menyebutkan, tak kurang dari 4.000
peti yang masing-masing berisi 24 botol bir habis terjual setiap bulan.
Jika harga sebotol bir dijual Rp 60.000, omzet bisnis ini per bulan Rp
5,76 miliar.
"Di Jakarta, kawasan Kalijodo
menjadi pasar bir terbesar, diikuti kawasan Mangga Besar. Maklum,
minuman beralkohol di sini cuma bir. Tak ada jenis minuman beralkohol
lain," kata dia.
Sugeng menceritakan, pada 2010-2011, ia pernah memasok bir dari satu merek di Kalijodo. Untuk itu, perusahaan bir tersebut harus membayar "uang kontrak" setahun senilai Rp 800 juta kepada "otoritas" Kalijodo. Tahun berikutnya, uang kontrak naik menjadi Rp 950 juta.
Namun, ketika uang kontrak naik lagi Rp 1,3 miliar, perusahaan bir yang Sugeng pasok tak sanggup lagi membayar.
"Kalau perusahaan bir yang papan-papan iklannya kini ramai menghiasi kawasan Kalijodo
ini tahun depan tak sanggup membayar uang kontrak, sudah ada sejumlah
perusahaan bir lain yang siap menggusur perusahaan bir yang sekarang
mendapat hak monopoli," ujar Sugeng.
Ia menambahkan, harga bir yang dijual umumnya dua kali lipat dari harga pabrik.
Kalijodo terhampar di perbatasan Jakarta Utara di Kecamatan Penjaringan, dan Jakarta Barat di Kecamatan Tambora.
Data
Pemerintah Kota Jakarta Utara menyebutkan, di atas lahan seluas 1,4
hektar di bagian Jakarta Utara terdapat 58 kafe yang terletak di lima
RT. Data dari Kelurahan Penjaringan, ada 1.356 keluarga atau 3.032 jiwa
di kelima RT ini dengan jumlah PSK sekitar 450 orang.
Setiap
malam, seorang PSK melayani rata-rata lima pelanggan. Namun, saat ramai,
seorang PSK bisa melayani 10-15 pelanggan. Tarif mereka rata-rata Rp
200.000.
Sebagian di antara mereka, kata Koordinator Layanan
HIV/AIDS Puskesmas Penjaringan, dokter Intan Novita, mengidap HIV dan
tetap bekerja sebagai PSK di sana.
No comments:
Post a Comment